November 17, 2020 | BPS Activities
Efek pandemik covid-19 ternyata membawa dampak pada turunnya
perekonomian di berbagai negara, tak terkecuali negara kita Indonesia. Pada
triwulan II kali ini negara kita mengalami penurunan ekonomi sebesar minus 5,3
persen, sementara Jawa Tengah sendiri sebesar minus 5,94 persen, lebih rendah 0,64
persen dari angka nasional.
Turunnya pertumbuhan ekonomi dari 5,52 persen pada Triwulan
II-2019 menjadi minus 5,94 persen pada Triwulan II-2020 sungguh kontras sekali.
Laju pertumbuhan minus padaTriwulan II-2020 dicatat oleh sebagian besar
kategori lapangan usaha. Transportasi dan Pergudangan merupakan kategori yang
mengalami penurunan drastis yakni sebesar -62,95 persen.
Kategori tersebut tak lepas dari dampak berbagai kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 di berbagai
wilayah berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PKM), Work From Home (bekerja dari rumah), dan School From Home (bersekolah
dari rumah) yang secara langsung membatasi interaksi dan pergerakan masyarakat
di luar rumah. Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada Triwulan
II juga ternyata tidak dapat mendorong ekonomi Jawa Tengah karena potensi
tradisi mudik tidak dapat dilakukan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari
kebijakan larangan mudik dan pembatasan transportasi oleh Pemerintah Pusat
sebagaimana diwujudkan dalam bentuk Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25
Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441
H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Lalu apa arti angka minus 5,94 persen? Apakah perekonomian Jateng
mengalami kegagalan?
Hampir semua negara-negara di dunia mengalami hal yang sama,
bahkan negara adidaya sekelas Amerika Serikat saja ikut tumbang sejak triwulan
I, dan di Triwulan II ini Amerika Serikat minus 30 persen lalu negara terdekat
dengan kita Singapura juga tak kalah fantastis minus 42 persen. Sementara
negara kita baru terlihat di triwulan ke dua ini, sedikit berbangga boleh
tetapi jika hal ini terus -terusan berlangsung tanpa ada pertumbuhan didalamnya
maka kita harus bersiap-siap dengan resesi di triwulan ke III dan semoga semua
itu tidak terjadi.
Diantara tujuh belas kategori lapangan usaha, tujuh puluh
persennya mengalami guncangan. Namun, lima kategori lapangan usaha masih mampu
tumbuh positif. Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mencatat
pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 10,69 persen. Walaupun tumbuh melambat dibanding
pertumbuhan Triwulan I-2020 yang mencapai 14,16 persen, pertumbuhan pada
Triwulan II-2020 ini masih tergolong tinggi. Hal ini didorong oleh terjadinya pergeseran
masa panen padi,yang biasanya terjadipada bulan Maret bergeser ke bulan April
dan Mei. Pergeseran masa panen salah satunya dikarenakan adanya pergeseran masa
tanam padi sebagai dampak dari cuaca ekstrim pada akhir tahun 2019 hingga awal
tahun 2020 yang biasanya merupakan masa tanam padi. Kategori lain yang
menunjukkan pertumbuhan positif meliputi kategori Informasi dan Komunikasi
sebesar 9,15 persen; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
sebesar 1,51 persen; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 1,31 persen;
dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar
0,79 persen.
Lalu kebijakan apa yang akan diambil untuk menghindari kategori
resesi, mungkin akan melonggarkan PSBB Agar ruang gerak ekonomi lebih longgar,
Normal baru mulai diterapkan meskipun hasilnya ternyata membuat Jawa Tengah
mendapat predikat rangking 2 setelah Jawa Timur, namun sayangnya record angka
kematian Covid nya berada diurutan memprihatinkan.
Tiga Kategori yang masih bisa diandalkan adalah sektor Pertanian,
Perikanan dan Peternakan, tak ada salahnya jika kita berkonsentrasi dengan
membuat terobosan baru dibidang tersebut yang selama ini dianaktirikan, kita
terlalu membanggakan minyak dan gas bumi yang ternyata hanya sebatas nama,
kenyataannya pihak asinglah yang menguasai. Minus 5,94 persen sangatlah sulit
karena posisi awal kita yang masih miskin. Padahal sudah jelas bahwa kesulitan
ekonomi tidak hanya terjadi tahun ini. Tahun depan juga kemungkinan masih lebih
sulit. Pinjaman kembali harus dicicil, kredit macet harus segera dicarikan
solusi bukan terus-terusan mengandalkan hutang negara yang kian bertambah.
Kita tak pernah tau kapan pandemi ini akan benar-banar berakhir,
selama masyarakat tidak benar-benar menerapkan protokol Kesehatan juga
pemerintah ketegasan dari pemerintah. Sinergi yang baik dari semua kalangan
akan membuat pandemik ini akan segera berlalu, semoga….
BPS-Statistics Indonesia
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora (Statistics of Blora Regency)Jalan Rajawali Nomor 12 Blora 58211 Telp. & Faks (0296)531191 Homepage. http://blorakab.bps.go.id/ e-mail: bps3316@bps.go.id
About Us