Hari ini, Sabtu 13 Februari
adalah #WorldRadioDay, Hari Radio Internasional, begitu kira-kira. Radio, bagi
saya memberikan banyak kenangan yang mengaduk-aduk perasaan dibandng televisi,
atau platform-platform digital dalam konteks sesama pemberi layanan audio.
Dalam analogi dunia transportasi, radio ini seperti halnya terminal bus bagi
saya, tempat perhentian yang lebih banyak menyimpan cerita dibanding stasiun
kereta atau bahkan bandara.
Semasa SD dulu, salah satu
motivasi untuk segera cepat pulang, tidak singgah untuk bermain, adalah demi
menguasai pesawat radio di rumah saat harus mendengarkan sandiwara "Mak
Lampir" walau saya akan merasakan ketakutan ketika sedang mendengarkan
ataupun setelah siaran sandiwara tersebut selesai. Meskipun hampir semua
anggota keluarga juga akan mendengarkannya, tetapi akan lebih puas jika pesawat
radio ada dalam kendali saya.
Berbicara tentang radio, Kabupaten
Blora sendiri memiliki beberapa stasiun radio. Data dari Dinas Kominfo tercatat
ada 10 stasiun radio di Kabupaten Blora yang tersebar di Kecamatan Cepu,
Kecamatan Jepon, Kecamatan Blora dan Kecamatan Kunduran. Terbanyak pertama
berada di Kecamatan Blora sebanyak 6 stasiun radio, disusul oleh Kecamatan Cepu
sebanyak 2 stasiun radio dilanjutkan dengan Kecamatn Jepon serta kunduran
masing-masing sebanyak 1 stasiun radio.
Ketika saya melakukan pengawasan
ke lapangan untuk beberapa survei, masih banyak terlihat radio berada dalam
rumah tangga sampel yang saya datangi. Ketika saya iseng bertanya, apakah masih
bisa beroperasi radio tersebut, jawab mereka, “masih” dan menjadi
‘rengeng-rengeng’ menemani aktivitas.
Dari sini bisa dilihat bahwa
radio masih mampu menjadi media pemberi informasi yang efektif walau mungkin
tidak untuk semua kalangan. Apalagi untuk Gen Z maupun Post Gen Z yang sudah
sangat akrab dengan platform-platform digital walaupun sekarang banyak tersebar
radio streaming yang bisa kita nikmati sewaktu-waktu.
Selamat Hari Radio Internasional. (contributor: Tenri Ratna
Seminnar)
Pict by Google